Rabu, 31 Januari 2018

PENYAKIT DIFTERI

Difteri

Adalah penyakit akibat terjangkit bakteri yang bersumber dari Corynebacterium diphtheriae. Penyakit difteri ialah penyakit yang mengerikan di mana masa lalu telah menyebabkan ribuan kematian dan masih mewabah di daerah-daerah dunia yang belum berkembang.
Orang yang selamat dari penyakit ini dapat menderita kelumpuhan otot-otot tertentu dan kerusakan permanen pada jantung dan ginjal. Anak-anak yang berumur satu sampai sepuluh tahun sangat peka terhadap penyakit ini.

Penularan penyakit difteri

Kuman difteri disebarkan oleh menghirup cairan dari mulut atau hidung orang yang terinfeksi, dari jari-jari atau handuk yang terkontaminasi dan dari susu yang terkontaminasi penderita. Difteri tersebar (menular) dari orang ke orang, biasanya melalui “tetesan pernafasan”, seperti batuk atau bersin.
Seseorang juga bisa terkena difteri dengan bersentuhan dengan benda, seperti mainan atau boneka, yang memiliki bakteri penyebab difteri di atasnya.

Gejala penyakit difteri

Gejala yang muncul ialah sakit tenggorokan, demam, sulit bernapas dan menelan, mengeluarkan lendir dari mulut dan hidung dan sangat lemah. Kelenjar getah bening di leher membesar dan terasa sakit. Lapisan (membran) tebal terbentuk menutupi belakang kerongkongan atau jika dibuangkan menutup saluran pernapasan dan menyebabkan kekurangan oksigen dalam darah.

Gejala umum dan tanda-tanda penyakit difteri:

  • Tenggorokan dilapisi selaput tebal berwarna abu-abu.
  • Radang tenggorokan dan serak.
  • Rasa sakit pada saat menelan.
  • Sulit bernapas atau napas yang cepat.
  • Pembengkakan kelenjar pada leher.
  • Cairan pada hidung, awalnya pilek cair, tapi lama-kelamaan menjadi kental dan terkadang bercampur darah.
  • Demam dan menggigil.
  • Batuk yang keras.
  • Perubahan kabur pada penglihatan.
  • Lemas dan lelah.
  • Tanda-tanda shock, seperti kulit yang pucat dan dingin, berkeringat dan jantung berdebar cepat.

Komplikasi dari difteri meliputi:

  • Pemblokiran jalan nafas.
  • Kerusakan otot jantung (miokarditis).
  • Kerusakan saraf (polyneuropathy).
  • Hilangnya kemampuan bergerak (kelumpuhan).
  • Infeksi paru-paru (gagal napas atau pneumonia).
Bagi sebagian orang, difteri bisa mengakibatkan kematian. Bahkan dengan pengobatan, sekitar 1 dari 10 pasien difteri meninggal dunia. Tanpa pengobatan, sebanyak 1 dari 2 pasien bisa meninggal akibat penyakit.

Perawatan dan pencegahan penyakit difteri

Perawatan bagi penyakit ini termasuk antitoksin difteri, yang melemahkan toksin dan antibiotik. Eritromisin dan penisilin untuk membantu menghilangkan kuman-kuman dan menghentikan pengeluaran toksin.
Membuat lubang pada pipa saluran pernapasan atas (tracheotomy) mungkin perlu untuk menyelamatkan nyawa. Umumnya difteri dapat dicegah melalui vaksinasi. Bayi, anak-anak, remaja dan orang dewasa yang tidak mempunyai cukup pelalian memerlukan suntikan booster setiap 10 tahun.
Jika Anda pernah terpapar pada orang yang terinfeksi difteri, temui dokter untuk tes dan perawatan. Dokter Anda bisa memberi resep antibiotik untuk mencegah Anda terkena penyakit ini. Anda mungkin juga memerlukan vaksin difteri.
Mereka yang mengalami komplikasi sistem jantung dan saraf memerlukan perawatan khusus dan mungkin perlu dirawat di tempat perawatan intensif.

bakteri Gram positif Corynebacterium
Fotomikrograf ini menggambarkan sejumlah bakteri Gram positif Corynebacterium diphtheriae, yang telah diwarnai dengan teknik blue methylene. Spesimen diambil dari pembudidayaan miring Pai.
Sumber foto: U.S. Department of Health & Human Services

Pencegahan difteri dengan vaksinasi

Langkah pencegahan paling efektif untuk penyakit ini adalah dengan vaksin. Pencegahan difteri tergabung dalam vaksin DTP. Vaksin ini meliputi difteri, tetanus dan pertusis atau batuk rejan.
Vaksin DTP termasuk dalam imunisasi wajib bagi anak-anak di Indonesia. Pemberian vaksin ini dilakukan 5 kali pada saat anak berusia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, satu setengah tahun, dan lima tahun. Selanjutnya dapat diberikan booster dengan vaksin sejenis (Tdap/Td) pada usia 10 tahun dan 18 tahun. Vaksin Td dapat diulangi setiap 10 tahun untuk memberikan perlindungan yang optimal.

Mendiagnosis difteri

Dokter Anda kemungkinan akan melakukan pemeriksaan fisik untuk memeriksa kelenjar getah bening yang membengkak. Mereka juga akan menanyakan tentang riwayat kesehatan Anda dan gejala yang Anda alami.
Dokter Anda mungkin percaya bahwa Anda memiliki difteri jika mereka melihat lapisan abu-abu di tenggorokan atau amandel Anda. Untuk memastikan diagnosis, mereka akan mengambil sampel jaringan (ini disebut biopsi kulit) yang terkena dan mengirimkannya ke laboratorium untuk diuji. Diagnosis difteri dapat dikonfirmasi dengan mengambil sampel sel dari tenggorokan, hidung atau luka pada kulit.

Poin terpenting dalam penyakit difteri

  • Difteri tersebar dari orang ke orang dalam “airborne” udara, seperti batuk atau bersin.
  • Gejala penyakitnya meliputi sakit tenggorokan, kehilangan nafsu makan dan demam ringan.
  • Penderita penyakit ini bisa mengalami komplikasi seperti detak jantung abnormal dan pembengkakan otot jantung dan katup.
  • Anak-anak dengan difteri harus diobati dengan difteri antitoksin dan antibiotik.
  • Cara paling efektif untuk mencegah penyakit adalah mempertahankan tingkat imunisasi yang tinggi di dalam suatu komunitas.



Tugas Ujian TIK

Macam-macam bakso silahkan download